Halo!
Salam hangat dari ibukota Negara kaya di dunia.
Pada kesempatan ini, saya hendak membagikan sekian pengalaman, proses & tahapan mengikuti rekrutmen pramugari perusahaan penerbangan ternama dunia.
Tertarik? Simak hingga akhir ya.

Sebelum pada kisah & pengalaman yang saya lalui, mari membahas profesi awak kabin ini.

Mengapa pramugari?
Menjadi pramugari dalam hidup saya adalah sebuah destiny.
Bukan suatu rencana, namun kesempatan yang mempertemukan saya untuk menyelami profesi ini.
Terlebih, pramugari adalah profesi impian bagi banyak orang yang saya temui.
Bagaimana tidak? Digaji untuk terbang melintasi berbagai belahan dunia, beristirahat di hotel berbintang, dengan gaya hidup yang terbilang tak murah.
Tidak heran bila rekrutmen pramugari potensial tidak pernah sepi.

Namun demikian, percayalah menjadi pramugari tak hanya menyoal ‘privilege’ yang didapatkan. Sederet tantangan tersedia dibalik hak istimewa yang pramugari dapatkan. Menjadi pramugari menuntut kecakapan dibidang hospitality guna melayani 1001 karakter penumpang yang dihormati. Keselamatan, keamanan, serta kenyamanan para penumpang adalah prioritas teratas bagi siapa saja yang ingin menjalani profesi ini. Kemampuan bersikap di beragam situasi dan mengatasi bermacam tantangan selama penerbangan adalah keutamaan yang dicari dari seorang pramugari. Bayangkan jika Anda perlu menangani penumpang yang akan melahirkan di pesawat, penumpang yang mengalami serangan jantung, penumpang yang pingsan, dan kasus tak terprediksi lainnya. Semuanya memiliki konsekuensi serta membutuhkan penanganan tepat, cepat nan cekatan. Pramugari juga harus mampu mengendalikan diri dikala keadaan darurat, semisal pendaratan darurat pesawat di tengah laut, mengevakuasi penumpang sesuai prosedur, dan terhebat adalah mengalahkan rasa takut dengan tetap menenangkan penumpang.
Maka tidak benar jika pramugari hanya bersyaratkan paras menarik. Penampilan patutlah didukung dengan keterampilan yang mutlak dibutuhkan. Anda siap menjadi salah satunya?
Jika YA, Anda boleh melanjutkannya.

Takdir memanggil saya ketika secara tak sengaja mendapatkan informasi open recruitment Garuda Indonesia melalui timeline di path. Bermula dari keingintahuan akan profesi pramugari, seketika itu juga saya mulai bermimpi untuk menjelajah bumi. Berdiskusi dengan orangtua, tak disangka saya didukung sepenuhnya. Saya pun baru mengetahui ada website yang amat membantu wannabes untuk mewujudkan impian menjadi pramugari, yakni www.forumpramugari.com
Di kala saya mengakses web tersebut, terdapat beberapa kesempatan untuk mendaftar di perusahaan penerbangan ternama, baik itu yang berbasis di Singapura, Dubai, dan Doha.
Saya menjalani proses di tiga tempat ini. Tidak singkat perjalanannya. 

-          Basis Singapura

Karakteristik ‘Singapore girl’ berparas Asia & Melayu serta pekerja keras adalah yang mereka cari dari hasil pengamatan saya. Maka jangan heran bila pada proses rekrutmen maskapai ini, hanya dikhususkan bagi wanita. Para pramugara yang direkrut umumnya berasal dari Singapura.

Di hari pertama, teringat saya harus siap bersaing dengan ratusan wanita bak model cantik mancung tinggi langsing semampai. Seleksi awal yang saya lalui adalah seleksi dokumentasi, tinggi badan, dan berat badan. Bermodalkan doa, tersaring sekitar 100 orang untuk maju ke tahap berikutnya.

Tahap kedua adalah perkenalan di depan 2 petinggi yang memainkan peranan penting bagi para peserta untuk maju ke tahap berikutnya. Di tahap ini, saya dan 9 peserta lainnya masuk ke satu ruangan dan setiap peserta diberikan waktu 10 detik untuk mengenalkan diri, background, serta alasan mengapa tertarik bergabung dengan perusahaan. Saya mendapat urutan ke 8 yang memperkenalkan diri. Banyak dari peserta yang mengenalkan diri berlatarbelakang Manager, memiliki Master Degree di luar negeri, menjalankan bisnis pribadi, dan banyak kehebatan yang Anda dengar terasa menciutkan. Setibanya giliran saya, dengan sederhana saya mengatakan “Good morning Sir and Madam, and everyone, my name is…, I am currently studying in …, majoring English…, personally the strongest reason to become a cabin crew for Singapore airline is because I had a virgin flight with SIA and was impressed flying with Singapore Airline." Usai perkenalan, kami diminta menunggu beberapa waktu untuk pengumuman hasil. Dari 10 orang, saya dan 2 orang rekan berhasil untuk meneruskan ke tahap berikutnya. Saya tersenyum tiada henti dibuatnya.

Tahap ketiga adalah English test, dengan total 25 orang yang mengikuti tes ini, saya merasa cukup dekat untuk mencicip hingga tahap akhir. Pada tes yang ‘hanya’ berisikan 15 soal ini, siapapun akan dibuat berpikir cukup lama. Menjebak dan tak banyak, sehingga kehati-hatian teramat diperlukan untuk berhasil di tahap ini. Puji Tuhan, kami semua lolos pada tahap ini. 

Tahap keempat adalah menjalani wawancara 4 mata dengan petinggi SIA. Berbagai pertanyaan menarik akan dilontarkan dari peserta satu dengan peserta lainnya secara berbeda-beda. Tahap ini berjalan selama kurang lebih 45menit, dan diumumkan secara langsung. Hasilnya? Saya diminta melampirkan ijazah Strata1 dan lebih antusias serta percaya diri.
Saya berhenti pada tahap ini oleh sebab persyaratan perkuliahan yang masih perlu saya jalani.


-          Basis Dubai

Perusahaan penerbangan berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab ini adalah salah satu yang cukup dikenal dan didambakan wannabes. Untuk mengikuti proses rekrutmen pada maskapai ini, Anda perlu mendaftarkan diri secara online jauh sebelum Assessment Day (AD) yang diadakan. Usai registrasi online, dalam waktu 6 minggu, pihak perusahaan mengirimkan invitation melalui e-mail kepada Anda jika dinilai memenuhi syarat awal. Invitation ini perlu Anda lampirkan bersamaan dengan dokumen yang diperlukan pada AD (Assessment Day). Oleh karena anugerahNya, saya mendapat invitation dan berkesempatan untuk mengikuti AD.

Di hari H, ketika Anda mengikuti AD, jangan heran bila yang datang memenuhi ballroom hotel tempat proses rekrutmen terhitung ratusan orang, bahkan mencapai seribu. Saya datang pagi-pagi dan tetap hotel sudah dipenuhi ratusan aplikan, dari berbagai daerah. Banyak yang dari berbagai luar kota & pulau rela datang ke Jakarta untuk meraih cita yang mereka impikan. AD dimulai sekitar jam 9, jika dinilai terlalu ramai, presentasi maskapai ditiadakan, seperti halnya yang saya alami. Kami langsung diminta berbaris untuk menyerahkan CV & menjawab satu pertanyaan sederhana oleh Recruiter. Lagi, pertanyaan satu ke orang lainnya berbeda-beda. Tips pada tahap awal ini, sapalah Recruiter dengan ramah, ketika Anda menyerahkan dokumen yang diperlukan. Bukan hal yang asing jika bertemu dengan orang baru, terlebih kita hormati untuk mengatakan “Hello”, “Good morning”, “How are you?”. Saya menyapa, “Hello Miss, How are you doing? Do you enjoy Jakarta?” sehingga Recruiter kali itu menjawab dengan senyum, “Hello…, how are you? I certainly enjoy Jakarta so much. Can you tell me what are you currently doing?” Dengan senyum, saya nyatakan “I am currently working for… as a…” Cukup singkat & padat. Recruiter yang sedang menilai tersebut kemudian mengatakan, bahwa saya perlu menunggu sebelum pukul 18.00 jika ada panggilan via telepon untuk ke tahap berikut esok hari. Ketika pulang, saya menatap HP saya setiap 5 menit sekali dan memastikan dering HP cukup keras jika ada telepon masuk. Tepat pukul 17.48 saya mendapatkan telepon dari Recruiter bahwa saya dipersilakan mengikuti tahapan berikutnya. Saya melompat kegirangan.

Di hari II, kompetisi sesungguhnya dimulai. Saya bersama 149 peserta lainnya siap menjalani berbagai sesi yang tentu akan menyaring peserta hingga pada akhir sesi. Pagi itu dimulai dengan Recruiter memberikan sambutan dan presentasi mengenai kehidupan di Dubai dan profesi yang ‘wah’, membuat siapapun yang menyaksikan tidak mampu menolak. Berbagai benefit dan jenjang karir dijelaskan pada sesi ini. Usai presentasi yang membuat kami semua berkhayal mencapai Dubai, kami dibagi menjadi beberapa grup.

Tes pertama adalah Focus Group Discussion I.
Pada tahapan ini, satu kelompok terdiri dari 10 orang, dibagi kembali menjadi pair (pasangan 2 orang) di dalam grup. Pada kelompok kecil berpasangan, kami diberikan hanya satu gambar semisal : balon, lipstik, bantal, dsb. Kami diminta untuk berdiskusi fungsi lain dari benda tersebut yang dinilai out of the box. Waktu yang diberikan tidak lama, maka kami diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi.
Benda yang saya dan rekan saya dapatkan adalah bantal. Partner saya menjelaskan satu fungsi dan saya menjelaskan satu fungsi lainnya. Saya menyatakan bahwa sarung dari bantal tersebut dapat digunakan untuk mengisi barang-barang dalam keadaan Emergency, sambil memberikan contoh konkrit semisal Anda sedang di hotel dan alarm kebakaran berbunyi, Anda harus membawa barang yang dibutuhkan namun koper tidak memungkinkan dalam situasi ini, maka sarung bantal boleh menjadi pilihan. Bantal juga bisa menjadi dekorasi ruangan. Usai presentasi kami diminta untuk menunggu kembali dalam kurun waktu 1 jam. Pengumuman tak lama dilangsungkan melalui kertas ditandai dengan nomor peserta. Nomor peserta kali itu adalah 47, teramat senang, saya boleh menjadi salah satunya.

Arm Reach & Declaration
Setiap peserta diminta berbaris untuk pengukuran dapat tidaknya setiap peserta mencapai 212 cm (Arm-Reach) tanpa sepatu/ alas kaki. Tes ini tidak mengukur secara spesifik tinggi ideal seseorang, melainkan sebuah pengecekan agar nantinya setiap peserta yang bekerja mampu mencapai overhead bin. Selain itu, jika Anda memiliki tato, bekas luka atau tanda lahir yang visible, Anda diminta memberitahukannya pada sesi ini.

Tes kedua: Focus Group Discussion II
Usai FGD 1, diadakan kembali FGD 2. Kali ini dilangsungkan dengan bahasan lebih mendalam. Bertemakanhotel hospitality, dalam satu kelompok berisikan (masih) 10 orang, setiap orang diminta menyuarakan pendapat akan kasus tersebut. Lebih spesifik, kasus tersebut menanyakan keputusan Anda, bila Anda adalah seorang manajer hotel, Anda mengetahui hanya tersisa 2 ruang kamar sedangkan terdapat 10 orang penting yang teramat membutuhkan kamar tersebut. 10 orang penting tersebut adalah 1 artis yang sangat terkenal, 1 orang yang mengeluh karena kamar mandi ruang kamarnya rusak, 1 keluarga dengan anak yang sakit, pasangan honeymoon, 1 perdana menteri luar negeri, 1 orang jurnalis ternama, 1 orang yang telah menunggu berjam-jam, dan banyak lainnya. Dalam waktu yang amat singkat untuk berpikir, setiap dari kami diminta menyatakan pendapat secara mendalam. Ada yang menyatakan bahwa satu kamar perlu ditempati seorang jurnalis, sedangkan kamar lainnya ditempati oleh pasangan honeymoon. Ada yang berpendapat 1 kamar untuk perdana menteri dan 1 artis terkenal. Satu dan lainnya pada tim kami memiliki pendapat dan keputusan berbeda-beda. Saya pribadi menyatakan bahwa keputusan ditimbang melalui urgency. Keluarga dengan anak yang sakit tentu membutuhkan ruang kamar yang hangat segera untuk merawat sang anak, meski sang anak belum atau sudah dirawat di rumah sakit. Satu kamar lainnya, keputusan saya taruh bagi Perdana Menteri Luar Negeri, oleh karena perannya bagi Negara, pemerintahan, dan bentuk hormat atas kunjungan dan pilihan pada hotel tersebut. Lalu, argumen demi argumen dilontarkan terhadap satu dengan lainnya, demi mencapai keputusan akhir. Saya pribadi cukup menjadi pendengar yang baik dan setuju dengan argumen dari yang rekan-rekan kelompok lontarkan, hanya saja, saya perlu menekankan kembali aspek urgency yang saya lekatkan dalam pilihan saya, sehingga rekan lain semakin setuju dan mempertimbangkan keputusan saya. Karena waktu telah habis, Recruiter memberikan feedback positif bagi kami secara keseluruhan, dan secara bahagia mengumumkan setiap dari kami lolos semua ke tahap berikutnya, yakni English test.

English test:
Pada tahap ini, jumlah soal terbilang tidak sedikit dalam kurun waktu hanya 75menit. Kurang lebih 100 soal (jika tidak salah ingat), dan setiap soal mengacu pada paragraf panjang. Jika Anda terlatih mengerjakan toefl, ielts, dan lainnya, tentu memudahkan Anda dalam pengerjaan English test ini. Tidak terbilang sulit, namun tidak dapat diremehkan pula. Keberhasilan pengerjaan seluruhnya didasari oleh ketelitian dan logika Bahasa. Kemampuan manajemen waktu yang sempit untuk pengerjaan soal yang panjang juga kunci dari keberhasilan tahapan ini. Saya pribadi mereview ulang 2x sebelum pengumpulan English test ini.
Usai tahapan ini, setiap peserta kembali menunggu selama satu jam. Satu langkah lagi menuju final interview. Sejak awal saya menjalani tahapan demi tahapan, saya hanya berharap saya mampu memberikan yang terbaik. Jika memang kehendakNya, saya meyakini rezeki hanya dari Dia, Sang Pemberi.
Waktunya pun tiba, sebagian dari kami diminta masuk ke ballroom, sebagian lainnya diminta menunggu di depan ballroom hotel. Saya bagian dari yang menunggu di luar, saya tidak kecewa dengan diri saya. Saya tetap berlapangdada jikalau saya tidak berhasil melalui tahapan ini. 

Tunggu dulu, saya salah. Kami yang menunggu di luar adalah orang-orang yang terpilih untuk maju ke tahap berikutnya! Dengan total 22 orang, kami diminta masuk ke ruangan untuk briefing perihal dokumen yang perlu kami bawa di tahapan akhir, seperti foto ukuran postcard, foto casual, dll. Selain itu, pada malam itu juga kami diminta mengisi online psychometric test sebelum pukul 12 malam atau hari berganti. Tes ini untuk mengenal personality Anda sebelum berkarir dan menjalani profesi ini. Saya bersyukur, tak henti-hentinya bersyukur.

Final Interview:
Final interview dilaksanakan di hari berikutnya, Recruiter akan memberikan jadwal hari & jam secara spesifik bagi Anda. Masih teringat, jadwal saya tepat pada pukul 11.15. Sejak pagi saya bergegas bersolek dan berpakaian formal nan elegan. Kira-kira jam menunjukkan pukul 10.30 saya sudah sampai di depan ruang interview menunggu urutan saya. Masing-masing interview memakan waktu 45 menit atau kurang. Ketika tiba urutan saya, teman saya yang baru saja selesai menyemangati saya, memberitahu interviewtersebut tidaklah sulit. Sebelum masuk ruangan, saya berdoa agar Tuhan memimpin setiap perkataan dan jawaban saya, apapun hasil yang saya terima, semua untuk kemuliaanNya.

“Hello Merry,” sambutan hangat terucap dari Sang Recruiter dengan senyum yang lebar.
“Hello Miss… How are you?” balas saya dengan kejut dan senyum gembira memasuki ruangan.
“I am very good, thank you. Please have a seat,”
Lalu Interviewer melanjutkan sesi dengan pertanyaan demi pertanyaan.
-     Can you tell me the time when you did extra miles in your previous or current job?
-    Describe a situation when you had a problem with a colleague at work, and how was the outcome
    How did you resolve it?
-   Tell me the time when you have a conflict with different cultures, and what happened.
-   Tell me about a day you had a very stressful day, and what did you do to make it better?

Dan masih banyak pertanyaan lainnya menyangkut service & hospitality.
Saya menjawab masing-masing dengan sederhana berdasar pengalaman yang saya miliki.
Saya berusaha menjaga body gesture yang positif, tidak menjelaskan panjang lebar, cukup padat, jelas dan mudah dipahami, tak lupa, tetap tersenyum sepanjang sesi interview.
Teringat, kali itu karena terlalu lelah akibat aktivitas, tubuh sedang kurang fit, saya harus menahan batuk dan bahkan batuk di tengah interview. Saya cukup khawatir hal tersebut menjadi penghalang keberhasilan di tahap akhir ini. Namun, kembali seluruhnya saya serahkan kepada Sang Pemilik Rencana. Ketika teman bertanya, saya ragu untuk menjawab bahwa saya mampu melewati, saya hanya bisa berdoa dan menunggu hasil dalam waktu 4-6 minggu ke depan melalui e-mail.

4 minggu terlewati, siapa menyangka saya menjadi salah satu dari kandidat yang mendapat e-mail bahwa saya diterima menjadi keluarga maskapai ternama ini. Namun demikian, dalam e-mail tersebut dijelaskan bahwa saya perlu menunggu jadwal keberangkatan saya ke Dubai dalam kurun waktu dua bulan oleh karena training yang fully booked. Dalam proses penantian, mengingat saya telah mendapat tiket disertai tawaran kerja di Doha, maka saya berhenti pada tahap ini. Saya juga mendapat Golden Call untuk tanggal keberangkatan ke Dubai ketika saya sudah menjalani training, sayangnya saya tidak dapat berbicara langsung karena nomor Ayah saya yang dihubungi. Namun demikian, saya bersyukur boleh mengalami tahapan ini.


-          Basis Doha

DIA Maha Tahu yang terbaik bagi Anda dan saya.
Malam sebelum rekrutmen, saya mencuci kaki Ibu & Ayah saya, meminta doa dengan tulus bagi keberhasilan anak sulungnya. Saya percaya, jarak doa orang tua dan telingaNYA teramat dekat. 

Keesokannya saya datang ke hotel tempat proses rekrutmen diadakan. Beberapa hari sebelumnya, saya juga telah mendaftarkan diri melalui website resmi, dan menyiapkan invitation yang saya dapatkan melaluie-mail. Disertai dokumen yang dibutuhkan, saya telah sampai di tempat sekitar pukul 8 pagi. Seperti biasanya, ratusan orang telah mengantri dan memenuhi depan ballroom hotel. Ikut mengantri, setiap dari kami perlu bersabar untuk menemui sang Recruiter. Saya mendapatkan antrian cukup awal sehingga tidak perlu menunggu hingga sore. Tidak sedikit, saya ketahui banyak yang menunggu hingga sore bahkan malam. Ketika saya dipersilakan masuk, saya berjalan bak sudah menjadi pramugari profesional. Dengan percaya diri saya melangkah, saya menemui satu Recruiter yang sungguh cantik dan ramah. Ketika memberikan dokumen, selalu saya awali dengan salam hangat “Good morning, Miss, how are you?”Jawaban hangat pun saya kembali dapatkan “I am good, how do you do.” Tak lama, sang Recruiter mulai melakukan review CV dokumen sambil bertanya, “What’s your name?” “What are you are currently doing?”

1 menit paling penting untuk menjadi bagian maskapai terbaik dunia ini ada di depan mata Anda. Berikan the very best first impression pada tahapan terawal ini. Anda kemudian akan siap menjalani tahapan berikutnya.

Usai memberikan perkenalan, saya diberikan sebuah amplop tertutup oleh Recruiter dan diminta membukanya hanya ketika sampai di rumah. Dengan penasaran saya menyembunyikan amplop tersebut di dalam tas, dan bersabar membukanya kemudian. Hari itu, saya mendaftarkan diri dengan beberapa teman saya, karena lapar, kami memutuskan makan siang bersama dan pergi ke Kota Kasablanka. Di sana, saya disapa oleh sekelompok orang Korea yang melihat saya di hotel tempat rekrutmen yang sama. Mereka rupanya jauh-jauh datang dari Korea Selatan untuk mengikuti seleksi pramugara & pramugari. Kami berbincang di Starbucks dan mengenal lebih dekat satu sama lain. Mereka sangat ramah, cantik dan tampan. Besar harapan mereka untuk terpilih, sayangnya mereka mengatakan belum berhasil pada kesempatan ini. Saya pun kemudian mengingat amplop tersebut dan seketika menyadari tanda berisikan undangan untuk datang pada hari berikutnya. Namun demikian, saya menjelaskan tentang Garuda Indonesia dan Airlines kenamaan lainnya yang juga menerima Koreans dan mereka menyambut dengan semangat.

Di hari kedua, saya bersama 100 orang lebih lainnya datang di hari berikutnya. Kami mengantri untuk mendapatkan nomor peserta, masih melekat di benak saya kali itu 44 menjadi nomor kebanggaan saya. Kami dipersilakan masuk dan disuguhi presentasi kehidupan pramugari maskapai kenamaan ini beserta gambaran kehidupan di negara kaya tanpa pajak ini. Dengan senyum, doa, dan khayalan tinggi saya melayang di Doha, saya siap nan semangat memulai tahapan demi tahapan rekrutmen yang diadakan.

Tahap pertama dimulai dengan English test & Essay
Tanpa memiliki bayangan apapun, saya mengerjakan pertanyaan demi pertanyaan dengan teliti. Pertanyaan mencakup grammar dan penggunaan Bahasa Inggris dibidang service, terdapat juga soal yang mengacu wacana panjang. Kurang lebih terdapat 50 soal, terakhir Anda perlu menuliskan Essay 1 halaman menjawab satu pertanyaan yang diberikan Recruiter. Pada kali itu saya mendapat pertanyaan bertemakan Hal yang paling Anda sesali dalam hidup Anda, serta mengapa.
Sambil pengerjaan tes, satu per satu dari kami diminta untuk melakukan Arm-Reach test setinggi 212 cm, serta declaring jika memiliki tattoo, bekas luka atau tanda lahir di bagian tubuh.

Usai tes ini, kami dipersilakan istirahat makan siang selama 45menit dan kembali untuk pengumuman siapa-siapa yang berhasil ke tahap berikutnya. Sambil makan siang, terdapat keraguan akan tulisan saya, apakah cukup berkesan? Apakah cukup baik? Dan lain sebagainya. Namun, kembali saya berserah dan berdoa sepanjang waktu seleksi.

Kami kemudian berkumpul di Ballroom dan bersiap mendengar nomor urut peserta yang akan mengikuti tahapan berikutnya. Nomor 44 disuarakan, ya! Nomor 44! Saya dinilai layak untuk maju ke tahap berikutnya. Saya bahagia, saya bersukacita, segala puji syukur bagiNya.

Pada kesempatan ini, Recruiter menyatakan waktu yang kurang menyebabkan ditiadakannya Group Discussion, oleh karena esok dini hari mereka perlu terbang mengadakan rekrutmen di negara lainnya. Maka diputuskanlah tahapan akhir yakni Final Interview yang menentukan keberhasilan keseluruhan. Sambil menunggu giliran, saya berkenalan dengan banyak teman baru, yang menjadi sahabat-sahabat saya hingga hari ini. Kami tidak menjaga image, sebaliknya, kami saling mendukung agar bersama dapat berhasil di tahapan ini. Kami membuat grup whatsapp untuk saling mendukung apapun yang kami kerjakan. Saya bersyukur mengenal mereka dan semoga pertemanan kami terus bertahan.

Ketika tiba pada giliran interview, saya dipersilakan duduk oleh 2 Recruiters. Saya diminta mengambil satu kertas terlipat berisikan satu topik untuk saya gali dan nyatakan pendapat saya kepada mereka. Topik yang saya dapatkan adalah “Losing Trust” dan Recruiters bertanya apakah hal tersebut pernah terjadi pada saya, mengapa, bagaimana kejadiannya, dan apa yang saya lakukan. Secara mendetail saya menjelaskan hal yang pernah saya alami yang menyebabkan hilangnya kepercayaan, serta hal-hal yang saya lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 
Tidak mudah. Penjelasan kejadian tersebut bagi saya teramat melibatkan perasaan, sehingga membuat saya menahan air mata dan tak ayal menjadikan mata saya berkaca-kaca. Bukan dengan sengaja, namun sebuah kejujuran telah saya nyatakan didepan pewawancara, kejadian yang menjadikan sebuah pelajaran bagi hidup saya tentang arti kepercayaan. Saat bercerita, saya tidak lagi peduli apakah mereka akan puas dengan jawaban saya, yang terpenting adalah pesan dari seluruh kejadian yang saya alami. Saya lega boleh menceritakan pengalaman berharga saya kepada Recruiters secara jujur dan profesional di waktu yang sama. Lalu setelah selesai, kami perlu menunggu mereka yang belum mendapatkan giliran, hingga seluruh peserta menjalani final interview. 

Waktu menunjukkan pukul 6 sore, pengumuman pun dilangsungkan. Kami bergandengan mendengarkan kembali nomor urut peserta yang akan maju ke tahap berikutnya yakni medical check up. Saya menutup mata & mendengarkan baik-baik. “Forty four!” ucap Recruiter. 44? Benarkah 44? Hari itu menjadi hari terbaik saya, karena selangkah lagi boleh menjadi keluarga maskapai bintang lima. Kami keseluruhan berjumlahkan 9 Wanita & 15 Pria yang lulus pada tahap ini, setelah bersaing dengan lebih dari 700 kandidat yang ada. Recruiter memberikan presentasi akhir menyangkut gaji, asuransi, akomodasi, travel benefit, proses keberangkatan, dll yang kami perlukan. Pada briefing tersebut kami diminta mengisi lembaran formberisikan data yang valid. Berbagai dokumen juga diminta disiapkan dan disubmit melalui website khusus yang hanya dapat diakses oleh peserta yang lolos Final Interview.

Kami semua pulang dengan senyum, sesampainya di rumah saya berterima kasih kepada orang tua, dan tentunya TUHAN yang mengasihi saya & Anda.

Proses yang cukup panjang saya jalani sebelum akhirnya sampai ke Doha.
Photo submission juga menjadi proses yang menentukan, karena melalui foto tersebut, wajah dan karakter akan dinilai oleh CEO yang menjadi penentu keberhasilan ke tahap berikutnya.
Jika Anda mendapat e-mail untuk segera melakukan Medical Check Up, dengan prosedur form yang dilampirkan, selamat! Satu langkah lagi, tiket akan segera di tangan Anda. Selama Anda sehat jasmani, rohani, Anda dinyatakan Fit dan lolos hasil uji MCU oleh pihak rumah sakit maskapai tersebut, Anda akan dikabari tanggal keberangkatan dan diberikan tawaran kontrak kerja. Saya lagi dan lagi tak henti bersyukur, saya boleh melalui tahapan demi tahapan dengan kelancaran. Sebuah penantian berujung kegembiraan yang mengantar saya kini menjelajah belahan dunia dan budayanya. Semuanya karena izinNYA saja.

Hidup bersama Tuhan, saya membuktikan tidak ada sebuah kebetulan.
Menjalani berbagai dinamika kehidupan bersamaNya telah mengajarkan saya memahami satu hal yang teramat signifikan: arti sebuah doa.

Percayakah Anda, DIA senantiasa mendengarkan doa paling kecil sekalipun?
Baik doa selintas yang Anda ucapkan atau harapkan jauh di dalam hati Anda.
Jika iya, mari menghaturkan syukur setinggi-tingginya bagi DIA, Sang Pencipta.
DIA Tuhan yang begitu memperhatikan Anda dan saya.

Semuanya saya tulis dengan sukacita membagikan kesaksian tentangNya.
Berbagai pertolonganNYA telah saya alami secara ajaib dan berulang kali.
DIA Tuhan yang tak pandang sebelah mata.
Terima kasih, untukMu, lagi dan lagi.

Entah memulai dari apa dan kisah yang mana, saya sangat bersemangat bersaksi tentangNya.
Sudah terjadi, ayah sembuh total dari sakit sekaratnya, terwujudnya cita-cita menjadi nyata: Menjelajah indahnya Indonesia (Ambon, Ternate, Morotai, Raja ampat, Makassar), duta pemuda Jakarta ke Negeri China, dan profesi awak kabin bintang lima.

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. ---Matius 7:7
Marilah kita memujiNya karena Dia Allah yang besar!
Dia yang mencipta langit, bumi dan seisinya.
Dia yang mencipta kita sebagai mahakaryaNya.
Ya, kita yang teramat dicintaiNya, kita yang teramat diawasiNya.
Karena kita begitu berharga dimataNya.

Marilah kita mengucap syukur kepadaNya!
Senantiasa, selalu, tak henti-hentinya,
atas kasihNya yang tak terselami,
atas pertolonganNya yang tepat waktu,
atas pengampunan tanpa batas yang Dia beri,
atas karunia dan kebijaksanaan yang tak terlampaui.

Terima kasih, Tuhan.
Segala pujian syukur bagiMu,
Kau hadir dalam hidupku.